Berbicara
tentang Jalan-jalan, maka yang biasanya ada dipikiran sebagian besar orang
adalah pusat perbelanjaan atau yang biasa disebut mall. Padahal jalan-jalan tidak hanya di mall, banyak sekali alternatif lain untuk menjadi tempat
jalan-jalan. Seperti taman kota, perpustakaan, bahkan museum pun bisa dijadikan
alternatif sebagai tempat jalan-jalan. Jangan salah, museum sekarang tidak
sesuram dulu. Kini, museum ditata lebih menarik, lebih terang dan museum juga
menyediakan fasilitas-fasilitas yang lumayan. Contohnya saja Museum Nasional,
Museum Seni Rupa dan Keramik, Museum Bank Indonesia dan lain-lain.
Museum Seni Rupa dan Keramik
terletak di kawasan Kota Tua Jakarta yang dapat ditempuh dengan Commuter Line turun di stasiun Kota atau dengan Trans
Jakarta turun di halte Kota. Jarak dari stasiun dan halte terbilang dekat,
dapat ditempuh dengan berjalan kaki sekitar 10 – 15 menit. Disekitar museum
juga terdapat begitu banyak fasilitas umum, seperti banyaknya para pedagang
minuman, makanan serta aksesoris walaupun kios mereka tidak diatur secara rapi.
Setidaknya, para pedagang disekitar museum mengetahui tentang peraturan yang
diterapkan disekitar daerah. Sepertinya halnya mereka tidak dengan sembarangan
membuang sampah.
Di
Kota Tua Jakarta, selain Museum Seni Rupa dan Keramik, ada pula Museum Bank
Indonesia, Museum Mandiri, Museum Wayang, hingga Museum fatahillah. Harga tiket
masuk dari museum-museum ini terbilang cukup murah atau bahkan sangat murah,
sekitar Rp. 2000 untuk anak-anak, Rp.
3000 untuk pelajar dan sekitar Rp. 5000 untuk umum, bahkan museum mandiri
gratis dimasuki. Intinya, harga tiket masuk ke museum tidak sampai Rp. 10.000.
Harga yang dibayarkan tidak sebanding dengan apa yang ditampilkan di Museum.
Harga ini terlalu murah untuk melihat koleksi-koleksi museum yang terbilang
beraneka ragam, langka dan bagus.
Jam buka Museum Seni Rupa dan
Keramik hampir sama dengan museum-museum disekitarnya yaitu, hari selasa sampai
minggu, dari Pk. 09.00 – 15.00 WIB. Untuk hari libur atau tutup museum yaitu
pada hari senin dan hari raya museum. Untuk
pengadaan acara di museum ditentukan oleh museum sendiri. Jadi, untuk instansi
atau lembaga dapat mengadakan acara di museum, selama acara itu relevan dan
tidak mengganggu kegiatan museum.
Berbicara
tentang sejarah Museum Seni Rupa dan Keramik, awalnya Museum tersebut bernama Raad van Justitie Binnen Het Casteel
Batavia atau kantor pengadilan Belanda pada tanggal 12 januari 1870 dibangun oleh
Gubernur Jendaral Jan Piter Miyer dan arsitek gedung bangunan ini adalah Hoofd
Ingenier atau Insinyur Kepala Jhe W.H.F.H Van Raders. Lalu pada masa revolusi
fisik sampai masa pemeritahan jepang, bangunan ini dijadikan sebagai asrama
militer. Lalu pada awal kemerdekaan Indonesia, bangunan ini dijadikan sebagai
gudang logistik oleh TNI. sekitar tahun 1970 -1973 digunakan sebagai kantor
Walikota Jakarta Barat, tahun selanjutnya digunakan sebagai Kantor Dinas Museum
dan Sejarah DKI Jakarta. Pada tanggal 20 Agustus 1976, bangunan ini diresmikan
sebagai Balai Seni Rupa oleh Presiden Soeharto atas gagasan Wakil Presiden Adam
Malik. Saat 10 Juni 1977 bagian sayap gedung diresmikan sebagai Museum Keramik
oleh Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin. Akhirnya pada tahun 1990 Balai Seni
Rupa digabung dengan Museum Keramik menjadi Museum Seni Rupa dan Keramik hingga
saat ini.
Arsitektur bangunan Museum Seni Rupa dan
Keramik merefleksikan bangunan gaya Yunani dan Romawi kuno dengan warna
putihnya yang khas. Biasanya bentuk bangunan ini, dibangun pada zaman Napoleon.
Gaya bangunan seperti ini lebih dikenal dengan gaya Neo-Classic dan ini yang
menyebabkan museum ini berbeda dari
museum yang ada disekitarnya. Ciri khas
gaya arsitektur ini pada umumnya pada bagian atas depan berbentuk segi tiga
atau menggambarkan Crown atau Mahkota Raja. Terdapat beberapa tiang-tiang besar
yang menopang bangunan depan Museum. (Lihat gambar .1 )
Museum Seni Rupa dan Keramik mempunya beragam
koleksi. Dimulai dari ruangan yang paling depan, pengunjung disuguhi sebuah
ruangan yang terdapat informasi sejarah tentang museum ini, tentang sejarah
seni lukis dan apa saja material yang diperlukan untuk melukis, dan pada
ruangan in terdapat display yang berisi perlatan melukis dan juga informasi ini
dalam bentuk visual dan audio. Disediakan monitor yang berisi tentang sejarang
Museum dan Seni Lukis.
Diruang kedua hampir sama dengan ruang pertama.
Bedanya hanya pada display tentang keramik. Di satu display hanya ada satu
keramik yang berasal dari majapahit. Ruangan ketiga yang lebih luas menampilkan
beberapa lukisan, beberapa display yang masih berisi tentang keramik dari
Majapahit dan juga informasi tentang seni lukis. Pada ruangan ini juga terdapat
beberapa tempat duduk yang disediakan untuk pengunjung, juga beberapa monitor
yang sepertinya disediakan sebagai sumber informasi bagi pengunjung. Sayang,
ketika tiba disini, monitor ini dalam keadaan mati. Pada ruangan ini disediakan
2 alternatif, yang pertama menaiki tangga dan akan tiba diruang pameran lukisan
atau menuju pinntu disebelah kanan dan akan menemukan beberapa ruangan yang
memamerkan macam-macam keramik dari era Pra-sejarah hingga masa kini, dan juga
pameran lukisan berdasarkan zamannya.
Pada lantai kedua, terdapat ruangan yang luas
yang berisi pameran lukisan. Lukisan-lukisan ini merupakan koleksi dari Persagi
yaitu Persatuan Ahli Gambar Indonesia. Terdapat juga keterangan dan riwayat
para pelukis yang lukisannya dipamerkan. Lukisan yang berada pada ruangan tersebut
cukup variatif. Pada saat masuk, pengunjung disuguhkan lukisan yang besarnya
sekitar 2x1 meter dan lukisannya yang indah, tetapi sayang pencahayaannya agak
kurang terang. Lukisan yang berada di ruangan ini mempunyai beragam tema, dari
tema hindu-buddha atau klasik, tentang potret wajah gubernur Belanda yang
pernah menjabat di Indonesia saat masa kolonial, tentang masa islam, hingga
masa kemerdekaan yang ditunjukkan lewat lukisan ketika Bung Karno sedang
berbicara di depan umum dengan kata-katanya yang seperti menyihir bangsa
Indonesia untuk terus berjuang yaitu “ Merdeka atau Mati”. Pada ruangan ini
juga disuguhkan beberapa display kecil yang berisi keramik yang berasal dari
kerajaan Majapahit.
Kembali ke lantai 1, dan menuju ruangan
selanjutnya. Pengunjung disuguhi dengan beragam lukisan yang lebih tertata
sesuai dengan era lukisan tersebut berasal dan juga tentang lukisan yang
mengisahkan tentang era pemerintahan Jepang. Lukisannya mengisahkan tentang
romusha dan ada juga tentang kapal angkut. Dan juga disetiap sudutnya terdapat
keramik yang masih berasal dari Majapahit.
Pada ruangan ini hanya terpisah oleh sekat
berwarna hijau yang menandakan perubahan era. Selanjutnya terdapat era sanggar
yang menampilkan beberapa karya dari lukisan Affandi yang terkenal dengan
potretnya. Era berganti dengan era Lekira yaitu tentang Ideologi Politik yang
menyuguhi lukisan-lukisan yang lumayan provokatif. Pada era selanjutnya yaitu
era akademi seni rupa, lalu berlanjut pada era orde baru dan pameran lukisan
berakhir di era seni rupa baru. Lukisan yang menandakan era seni rupa baru
adalah lukisan perempuan yang menampilkan seorang wanita yang setengah
telanjang dan memakai kain bercorak garis-garis dengan warna putih dan biru
yang menutupi dari pinggang sampai ke mata kaki, wajahnya terlihat sendu..
Pada ruangan ini tidak hanya terdapat lukisan
tetapi juga pameran keramik yang hampir semuanya berasal dari Majapahit. Ada
yang berupa hanya potongan-potongan dan ada juga yang utuh. Selain keramik terdapat juga kendi, Vas
bunga, Pelipih yang berfungsi sebagai benda-benda upacara.
Keluar dari ruangan tersebut, pengunjung
langsung dapat memasuki ruangan selanjutnya yang berisi koleksi keramik.
Sayang, pada saat kesana, bangunan yang berisi koleksi keramik ini sedang
diperbaiki sehingga ruangan ini tidak ada pencahayaan. Tetapi, pengunjung masih
diperbolehkan masuk, walaupun harus bergelap-gelapan. Ruangan ini emmiliki
koleksi keramik yang lumayan banyak, selain keramik terdapat juga beberapa
figur dari binatang. Seperti, figur binatang babi yang paling banyak ditemukan
di ruangan ini. Selain koleksi, pada ruangan ini juga dijelaskan dari era mana
koleksi ini berasal. Penjelasan yang lumayan panjang dan disertai dengan
ebberapa gambar tentang daerah tersebut.
Puas dengan ruangan tersebut, maka tinggal
ruangan yang berisi koleksi keramik yang berasal dari zaman Pra-sejarah hingga
saat ini. Sayang, ketika akan meuju ruangan tersebut, ruangannya dikunci
sehingga tidak dapat masuk dan melihat-lihat koleksinya. Tetapi, pada saat akan
keluar, pengunjung melewati ruangan yang berisi koleksi beberapa keramik. Dalam
satu display terdapat 2 atau tiga keramik yang ukurannya lumayan besar. Keramik
ini ada yang berasal dari Jakarta, Bandung, Maluku, Manado, Dinoyo atau Malang,
Plered, dan Singkawang.
Setelah
melihat semua koleksi, ternyata hampir semua permasalahannya adalah sama. Yaitu
keterangan yang diberikan tentang benda itu sendiri hanya sedikit. Contohnya
tentang keramik. Pada keramik hanya diberi keterangan Majapahit atau daerah
asal. ( Lihat gambar 3). Selain itu juga, pencahayaan yang agak redup, sehingga
pengunjung kurang dapat melihat detail-detail yang ada pada koleksi pameran di
museum ini.
Untuk koleksi yang berada pada lantai 2, tidak
dapat terjangkau oleh pengujung yang mempunya disabilitas. Disebabkan hanya ada
tangga yang lumayan tinggi dan bentuknya yang melingkar dan tidak ada tangga
untuk pengunjung yang mempunyai disabilitas. Untuk museum ini sendiri hanya
sedikit orang yang berminat berkunjung ke museum ini. Saat disini, saya hanya
melihat beberapa orang, mungkin hanya sekitar 10 orang saja. Padahal, koleksi
museum ini sangat beragam, apalagi dilihat dari bentuk luar bangunan museum
yang tidak tampak seperti museum lainnya. Selain itu juga, museum ini juga
sering mengadakan workshop, kerjasama pameran dengan museum lain, bahkan di
museum ini terdapat perpustakaan yang dapat diakses oleh umum. Bisa dikatakan
museum ini sudah modern dan akan meuju post-modern, jika saja museum mulai
menyadari peran museum bagi masyarakat.
Harapan selanjutnya
untuk museum sendiri, semoga museum menyadari peran penting yang hanya ada pada
museum, meningkatkan fasilitas museum dan juga promosi tentang museum. Bahwa
museum dapat menjadi sarana alternatif liburan bagi orang-orang. Selain
menyenangkan, pengunjung juga mendapatkan informasi yang mendidikGambar .1. Bagian Depan Museum yang bergaya Eropa |
Gambar .2. |
Gambar .3. |
Gambar .4. |
Selamat Hari Senin!
Viva Arkeologi :)
0 komentar:
Posting Komentar