Rabu, 03 April 2019

Mimpi


Ketua Kelompok dan Staf KKL 2017. Candi Kedaton, Percandian Muarojambi - Jambi

Hai,

Sudah bulan April tahun 2019. Ternyata sudah tujuh bulan saya keluar dari kampus yang membentuk saya menjadi sekarang. 

Kali ini saya ingin bercerita tentang mimpi saya saat kecil. Mungkin pernah saya sebutkan sebelumnya, bahwa saat SD kelas 3, saya telah bermimpi untuk menjadi seorang arkeolog. Haha. Sangat tidak realistis dan terasa sangat asing saat itu. Saat teman-teman di sekitar saya bermimpi menjadi seorang dokter, polisi, tentara, guru, sedangkan saya ingin menjadi arkeolog. Banyak teman-teman saya yang bertanya apa itu arkeolog, dan saya hanya menjawab bahwa arkeolog itu adalah orang yang menemukan benda-benda zaman dulu, seperti candi, fosil manusia, dan tentunya kapal Nabi Nuh. 

Tayangan penemuan kapal Nabi Nuh menjadi awal pertemuan saya dengan arkeologi. Saat itu sore hari, saya sedang berada di rumah dan akan sholat maghrib. Selesai wudhu, saya melintasi ruang TV, dan saat itu sedang ada tayangan sejarah. Ternyata tayangan itu bercerita tentang penemuan kapal Nabi Nuh, walaupun saya tahu sekarang, ternyata saat itu masih spekulatif. Seperti anak-anak kecil lainnya, saya terkagum-kagum dengan orang yang berbicara mengenai penemuan itu. 

Seperti anak kecil lainnya juga, saya senang sekali membaca tentang kisah-kisah 25 Nabi dan Rasul. Salah satunya tentang banjir saat masa Nabi Nuh yang menenggelamkan banyak umatnya serta keluarganya yang tidak bisa diperingati. Menurut saya saat itu, penemuan kapal Nabi Nuh sangat keren. Ini menandakan bahwa kisah Nabi yang sering dituturkan orang bukan hanya isapan jempol semata. 

Setelah menonton itu saya memutuskan dalam hati untuk menjadi orang yang bisa menemukan benda-benda yang berasal dari masa lalu. Saya menanyakan kepada Mamah saya tentang profesi tersebut. Beliau menjawab bahwa profesi tersebut disebut sebagai arkeolog. 

Dengan lingkungan keluarga yang menyukai kegiatan membaca serta sejarah, saya tumbuh dengan banyak membaca buku-buku sejarah, ensiklopedia, novel, dan juga komik. Buku pertama yang diberikan oleh Mamah saya adalah Terbakarnya Istana Pagaruyung yang beberapa tahun kemudian bisa saya sambangi dan saya bagikan kepada orangtua saya :)

Istano Basa Pagaruyung, Sumatera Barat

Kemudian, saya pun tahu bahwa cita-cita kakak saya juga ingin berkuliah di jurusan Sejarah. Sayangnya, dia kemudian memutuskan untuk kuliah di Teknologi Pendidikan :( 

Cita-cita saya sebagai arkeolog kemudian saya sampaikan saat di perkenalan siswa baru saat SMP. Sayangnya, guru saya menyebutnya sebagai antropolog, bukan arkeolog :) Saya hanya bisa tersenyum. Banyak memang yang berpikir bahwa arkeologi dan antropologi adalah bidang yang sama. Padahal keduanya bisa sama sekali berbeda. Arkeologi belajar mengenai benda-benda hasil kebudayaan manusia pada masa lalu dan manusianya sudah mati. Sedangkan Antropologi belajar mengenai kebudayaan manusia yang manusianya masih ada. Berbeda bukan?

Masa SMP ini saya habiskan dengan banyak membaca buku :) Ini merupakan masa-masa yang paling produktif menurut saya. Saat SMP keinginan saya untuk menjadi arkeolog sedikit terpinggirkan, karena saat itu saya senang belajar biologi, Saya juga mengikuti les biologi saat di SMP. Wah, masa yang menyenangkan sekali ya. 

Masa SMA saya, cita-cita menjadi arkeolog masih ada. Walaupun agak tergantikan karena ingin bekerja sebagai Diplomat, dan masuk jurusan Hubungan Internasional. Kemudian saat saya kelas XI saya mengikuti kegiatan Parlemen Remaja yang membuat saya ingin masuk jurusan Ilmu Politik :) Banyak sekali ternyata lika liku keinginan saya. 

Pada masa SMA ini merupakan salah satu masa dimana saya sangat bimbang memutuskan masa depan. Akhirnya saat SNMPT saya mengambil Ilmu Politik dan Arkeologi yang hasilnya gagal. Saat SBMPTN saya tetep keukeuh untuk mengambil Imu Politik UI, Ilmu Pemerintah UNPAD, dan Ilmu Komunikasi UNTIRTA, hasilnya saya dapat UNPAD. Saat SIMAK saya akhirnya memutuskan untuk mengambil Arkeologi, Antropologi, dan Ilmu Sejarah.

Saya mengetahui kabar tersebut saat sedang pengabdian masyarakat di sebuah desa di Pandeglang. Teman-teman saya banyak yang tidak lolos, dan saya lolos. Ada rasa tidak aneh, namun saya juga senang karena saya diterima. Ada salah satu senior yang sangat saya kagumi dan saya sayangi, bahwa dia akan menunggu saya di UI *Apa kali ya*

Ini masa-masa tergalau saya. Teman-teman saya di SMA hanya tahu bahwa saya akan melanjutkan kuliah di Bandung. Hanya orang-orang terdekat saya yang tahu saya diterima di kampus Depok. Saya kemudian bertanya kepada Mamah saya mengenai pendapatnya. Beliau hanya bilang untuk mengikuti apa yang saya inginkan, sukai, dan saya harus bertanggung jawab terhadap pilihan saya. Akhirnya saya memutuskan untuk mengambil pilihan Arkeologi. Cita-cita saya saat kecil sebentar lagi akan terkabul :) 

Banyak yang memandang sebelah mata mengenai jurusan ini, tapi sejujurnya saya tidak peduli. Ini adalah keinginan saya sejak kecil, dan sampai saat ini saya tidak pernah merasa menyesal, walaupun saya belum menjadi Arkeolog. Setidaknya saya sudah masuk jurusan Arkeologi. 

Yah, saat ini saya masih dilema apakah akan bekerja di bidang Arkeologi atau di bidang lain. Saat ini saya masih gamang. Idealisme saya hampir terkikis diterjang gelombang realita kehidupan. Hidup memang sekejam itu :)

Doakan saya ya, agar bisa tetap berkarier di Arkeologi dan menjadi seorang Arkeolog seperti cita-cita saya saat kecil.

with Lydia Kieven, Lecturer of  department of Southeast Asian Studies at the University of Frankfurt di Candi Kendalisodo, Gunung Penanggungan - Jawa Timur.

Bye!

Sampai jumpa di postingan selanjutnya ya :)








0 komentar: