Selasa, 03 Mei 2016

Apa Itu Menulis?



“Dear Diary, Hari ini aku pusing sekali. Banyak PR yang diberikan guru-guruku. Dimulai dari mata pelajaran IPA, IPS, Matematika, Agama hingga Seni Budaya.”
            Saat kecil pasti kita sering menulis seperti contoh kalimat di atas. Salah satu contohnya adalah menulis di buku harian yang seringkali diawali dengan kata Dear Diary atau Dear D. Menulis di buku harian tidak hanya dilakukan oleh anak-anak, dalam hal ini murid SD, tetapi juga hingga tua pun aktifitas menulis buku harian masih sering dilakukan.
            Ternyata sejak kecil kita sudah diajarkan untuk menulis dengan disediakannya media yang disebut buku harian. Entah menulis tentang keluarga, sekolah,teman, hingga perasaan. Semuanya dapat kita tuangkan dalam buku harian. Kiranya buku harian sudah menjadi salah satu media untuk mengekspresikan perasaan kita saat itu, bahkan untuk merekam momen-momen yang mungkin ketika beranjak besar akan terlupakan.
            Berdasarkan KBBI menulis berasal dari kata tulis.
Me.nu.lis v 1 membuat huruf (angka dsb) dng pena (pensil, kapur, dsb): 2 melahirkan pikiran atau perasaan (spt mengarang, membuat  surat) dng tulisan: 3  menggambar; melukis: 4  membatik (kain):
Dari pengertian di atas bisa kita simpulkan jika sebenarnya kita sudah melakukan kegiatan menulis sejak kecil. Semenjak kita baru bisa memegang benda seperti kapur, atau spidol dan dengan santainya mencoreti dinding rumah, atau ketika beranjak masuk sekolah kita dikenalkan dengan yang namanya peralatan menulis dan kita mengetahui media apa yang bisa ditulisi.
Dalam kegiatan manusia, kegiatan menulis merupakan hal yang sangat krusial. Tanpa tulisan, kita tidak bisa tahu mengetahui apa yang dipikirkan orang, cerita apa yang menarik baginya, bahkan kita tidak dapat mengetahui bagaimana kehidupan masa lalu. Sebagai contohnya, jika tidak ada prasasti yang dibuat oleh citraleka (pejabat yang tugasnya menulis prasasti) atas perintah raja yang sedang berkuasa, kita tidak mungkin tahu pada masa lalu ada yang namanya kerajaan Mataram Kuno dengan peninggalannya Candi Prambanan dan lain-lainnya. Atau mungkin jika J.K. Rowling tidak menulis cerita fantasi Harry Potter, kita tidak akan tahu bahwa ada sekolah sihir yang bernama Hogwarts, tidak dapat mengetahui bagaimana serunya perjalanan Harry, Ron, dan Hermione, dan kemungkinan kita tidak akan tahu ada si kembar jahil Fred dan George Weasley.
 Secara pribadi, banyak manfaat yang didapatkan dengan melakukan kegiatan menulis. Selain menulis merupakan media mengekspresikan diri, mengaktualisasikan diri dalam bentuk tulisan, menulis pun dapat membuat ingatan kita semakin tajam, karena dengan menulis kita dapat mengingat hal-hal detail,kemudian menulis pun bisa menjadi salah satu sarana komunikasi dari individu kepada individu, kelompok, atau umum.

 Pramoedya Ananta Toer pernah berkata bahwa “orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama dia tidak menulis, ia akan hilang dalam masyarakat dan dari sejarah. menulis adalah bekerja untuk keabadian.” Maka, mulailah untuk menulis tentang hal apapun itu. Dari hal sederhana yang bisa kita lihat, sentuh, dengar, dan rasakan. Atau mulai kembali untuk menulis mengenai kegiatan kita sehari-hari di buku harian, mungkin saja buku harian itu di masa depan akan berguna ketika kita bercerita mengenai masa muda kita kepada anak dan cucu nanti. Selamat menulis.

***
Hai, saya muncul kembali. Sudah lama tidak bersua. 
Tulisan di atas merupakan tugas pertama mata kuliah Penulisan Populer. Saya berpendapat bahwa tema yang diangkat pada tugas pertama merupakan hal yang penting. Mengaapa? Karena, menulis itu penting. Jika tidak ada kebudayaan menulis, maka hilanglah sejarah kita di masa lalu.  Kita tidak akan tahu apa yang terjadi di masa lalu, apa yang bisa kita peljaari, contoh, dan ikuti. Merupakan suatu kerugian bagi suatu bangsa jika tidak mempunyai kebudayaan menulis. 
Sudahlah.
Selamat menulis dan juga membaca.
Semangat.
Bay bay

Salam
Putri (bukan) duyung~~

0 komentar: