“Dear Diary, Hari ini aku pusing sekali. Banyak PR yang diberikan guru-guruku. Dimulai dari mata pelajaran IPA, IPS, Matematika, Agama hingga Seni Budaya.”
Saat
kecil pasti kita sering menulis seperti contoh kalimat di atas. Salah satu
contohnya adalah menulis di buku harian yang seringkali diawali dengan kata Dear Diary atau Dear D. Menulis di buku harian tidak hanya dilakukan oleh
anak-anak, dalam hal ini murid SD, tetapi juga hingga tua pun aktifitas menulis
buku harian masih sering dilakukan.
Ternyata
sejak kecil kita sudah diajarkan untuk menulis dengan disediakannya media yang
disebut buku harian. Entah menulis tentang keluarga, sekolah,teman, hingga
perasaan. Semuanya dapat kita tuangkan dalam buku harian. Kiranya buku harian
sudah menjadi salah satu media untuk mengekspresikan perasaan kita saat itu,
bahkan untuk merekam momen-momen yang mungkin ketika beranjak besar akan
terlupakan.
Berdasarkan
KBBI menulis berasal dari kata tulis.
Me.nu.lis v
1 membuat huruf (angka dsb) dng pena
(pensil, kapur, dsb): 2 melahirkan
pikiran atau perasaan (spt mengarang, membuat
surat) dng tulisan: 3 menggambar; melukis: 4 membatik (kain):
Dari pengertian di atas
bisa kita simpulkan jika sebenarnya kita sudah melakukan kegiatan menulis sejak
kecil. Semenjak kita baru bisa memegang benda seperti kapur, atau spidol dan
dengan santainya mencoreti dinding rumah, atau ketika beranjak masuk sekolah
kita dikenalkan dengan yang namanya peralatan menulis dan kita mengetahui media
apa yang bisa ditulisi.
Dalam kegiatan manusia,
kegiatan menulis merupakan hal yang sangat krusial. Tanpa tulisan, kita tidak
bisa tahu mengetahui apa yang dipikirkan orang, cerita apa yang menarik
baginya, bahkan kita tidak dapat mengetahui bagaimana kehidupan masa lalu.
Sebagai contohnya, jika tidak ada prasasti yang dibuat oleh citraleka (pejabat
yang tugasnya menulis prasasti) atas perintah raja yang sedang berkuasa, kita
tidak mungkin tahu pada masa lalu ada yang namanya kerajaan Mataram Kuno dengan
peninggalannya Candi Prambanan dan lain-lainnya. Atau mungkin jika J.K. Rowling
tidak menulis cerita fantasi Harry Potter, kita tidak akan tahu bahwa ada
sekolah sihir yang bernama Hogwarts, tidak dapat mengetahui bagaimana serunya perjalanan
Harry, Ron, dan Hermione, dan kemungkinan kita tidak akan tahu ada si kembar
jahil Fred dan George Weasley.
Secara pribadi, banyak manfaat yang didapatkan
dengan melakukan kegiatan menulis. Selain menulis merupakan media
mengekspresikan diri, mengaktualisasikan diri dalam bentuk tulisan, menulis pun
dapat membuat ingatan kita semakin tajam, karena dengan menulis kita dapat
mengingat hal-hal detail,kemudian menulis pun bisa menjadi salah satu sarana
komunikasi dari individu kepada individu, kelompok, atau umum.
Pramoedya Ananta Toer pernah berkata bahwa
“orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama dia tidak menulis, ia akan
hilang dalam masyarakat dan dari sejarah. menulis adalah bekerja untuk
keabadian.” Maka, mulailah untuk menulis tentang hal apapun itu. Dari hal
sederhana yang bisa kita lihat, sentuh, dengar, dan rasakan. Atau mulai kembali
untuk menulis mengenai kegiatan kita sehari-hari di buku harian, mungkin saja
buku harian itu di masa depan akan berguna ketika kita bercerita mengenai masa
muda kita kepada anak dan cucu nanti. Selamat menulis.
***
Hai, saya muncul kembali. Sudah lama tidak bersua.
Tulisan di atas merupakan tugas pertama mata kuliah Penulisan Populer. Saya berpendapat bahwa tema yang diangkat pada tugas pertama merupakan hal yang penting. Mengaapa? Karena, menulis itu penting. Jika tidak ada kebudayaan menulis, maka hilanglah sejarah kita di masa lalu. Kita tidak akan tahu apa yang terjadi di masa lalu, apa yang bisa kita peljaari, contoh, dan ikuti. Merupakan suatu kerugian bagi suatu bangsa jika tidak mempunyai kebudayaan menulis.
Sudahlah.
Selamat menulis dan juga membaca.
Semangat.
Bay bay
Salam
Putri (bukan) duyung~~
0 komentar:
Posting Komentar